“Mengatasi Kekecewaan”

Matius 11:6

“Dan berbahagialah orang yang tidak menjadi kecewa dan menolak Aku.”

 

Dalam dunia yang tidak sempurna ini, kita sering diperhadapkan dengan kekecewaan. Kekecewaan muncul karena apa yang terjadi atau didapat tidak sesuai dengan pengharapan kita. Saat kita berharap kepada manusia ataupun pada diri sendiri dan pengharapan kita tidak memuaskan kita, maka kita akan menjadi kecewa. Kekecewaan bisa juga terjadi karena sakit hati yang tidak diselesaikan dan kekecewaan yang tidak diselesaikan membuat hati menjadi pahit.

 

Kekecewaan sangat memberi dampak negatif dalam hidup ini. Apa yang dapat terjadi jika kita membiarkan kekecewaan menguasai kita?

  1. Kekecewaan mengakibatkan dosa masuk ke dalam hidup kita

Kain membunuh Habel karena kecewa persembahannya ditolak oleh Tuhan. Kejadian 4:6-7, “Firman Tuhan kepada Kain: “Mengapa hatimu panas dan mukamu muram? Apakah mukamu tidak akan berseri, jika engkau berbuat baik? Tetapi jika engkau tidak berbuat baik, dosa sudah mengintip di depan pintu; ia sangat menggoda engkau, tetapi engkau harus berkuasa atasnya.” Kekecewaan Kain membuka cela sehingga dosa masuk dan membuatnya berbuat kejahatan.

 

  1. Kekecewaan membuat kita membandingkan pelayanan kita dengan orang lain

Matius 11:2-6, “Di dalam penjara Yohanes mendengar tentang pekerjaan Kristus, lalu menyuruh murid-muridnya bertanya kepada-Nya: “Engkaukah yang akan datang itu atau haruskah kami menantikan orang lain?” Yesus menjawab mereka: “Pergilah dan katakanlah kepada Yohanes apa yang kamu dengar dan kamu lihat: orang buta melihat, orang lumpuh berjalan, orang kusta menjadi tahir, orang tuli mendengar, orang mati dibangkitkan dan kepada orang miskin diberitakan kabar baik. Dan berbahagialah orang yang tidak menjadi kecewa dan menolak Aku.” Yohanes merasa kecewa karena dipenjarakan sekalipun dia sudah sungguh-sungguh melayani. Mungkin dia berpikir mengapa Tuhan tidak datang menolong dan melepaskannya dari penjara. Kekecewaan membuat Yohanes membandingkan pelayanannya dengan pelayanan orang lain. Kekecewaan juga yang menyebabkan Kain membandingkan persembahannya dengan persembahan Habel. Yohanes mulai meragukan Yesus dan bertanya apakah Dia adalah Mesias yang dinantikan dan diharapkan untuk datang. Yesus menjawab dan berpesan agar Yohanes tidak menjadi kecewa dan menolak-Nya.

 

  1. Kekecewaan membuat kita sulit mengalami mujizat Tuhan

Orang-orang di kampung halaman-Nya kecewa dan menolak Yesus karena mereka mengenal-Nya sebagai anak tukang kayu sehingga Tuhan tidak banyak berbuat mujizat di sana. Matius 13:54-58, “Setibanya di tempat asal-Nya, Yesus mengajar orang-orang di situ di rumah ibadat mereka. Maka takjublah mereka dan berkata: “Dari mana diperoleh-Nya hikmat itu dan kuasa untuk mengadakan mujizat-mujizat itu? Bukankah Ia ini anak tukang kayu? Bukankah ibu-Nya bernama Maria dan saudara-saudara-Nya: Yakobus, Yusuf, Simon dan Yudas? Dan bukankah saudara-saudara-Nya perempuan semuanya ada bersama kita? Jadi dari mana diperoleh-Nya semuanya itu?” Lalu mereka kecewa dan menolak Dia. Maka Yesus berkata kepada mereka: “Seorang nabi dihormati di mana-mana, kecuali di tempat asalnya sendiri dan di rumahnya.” Dan karena ketidakpercayaan mereka, tidak banyak mujizat diadakan-Nya di situ. Orang yang pahit sulit melihat mujizat dalam hidupnya.

 

  1. Kekecewaan membuat kita tidak mampu melihat masa depan

Yusuf berkali-kali mengalami kekecewaan dan pengkhianatan, tapi tidak mengizinkan kekecewaan menguasainya. Yusuf dikhianati oleh saudara-saudaranya yang melemparnya ke dalam sumur dan berniat untuk membunuhnya. Tapi karena Ruben membelanya, dia akhirnya dijual kepada saudagar Midian yang menjualnya kepada Potifar, kepala pengawal raja Firaun di Mesir.  Yusuf juga dilupakan oleh juru minum raja yang pernah diartikan mimpinya. Karena Yusuf tetap percaya dan berharap pada Tuhan, dia diangkat dan dibela oleh Tuhan. Yusuf kecewa, tapi mampu mengatasi kekecewaan hatinya sehingga dia berhasil melewati ujian dalam hidupnya. Jika tidak, maka kekecewaan dapat menghalanginya untuk melihat masa depan dan semua mimpinya tidak akan menjadi kenyataan.

 

  1. Kekecewaan menyebabkan orang yang kecewa mengecewakan orang lain

Saudara-saudara Yusuf kecewa dengan ayah mereka yang membeda-bedakan dan memperlakukan Yusuf dengan istimewa. Karena kecewa, mereka berbuat jahat pada Yusuf dan mengecewakannya. Isteri Potifar kecewa karena ditolak Yusuf untuk berselingkuh; karena itu dia memfitnah Yusuf. Potifar yang kecewa mendengar laporan palsu isterinya menjebloskan Yusuf ke dalam penjara dan mengecewakannya.

 

Seorang saudara yang dikhianati sangat sulit dipulihkan. Amsal 18:19 berkata, “Saudara yang dikhianati lebih sulit dihampiri dari pada kota yang kuat, dan pertengkaran adalah seperti palang gapura sebuah puri.” Yusuf tidak mengizinkan pengkhianatan saudara-saudaranya menghalangi masa depannya. Dia berkata kepada saudara-saudaranya di Kejadian 50:20, “Memang kamu telah mereka-rekakan yang jahat terhadap aku, tetapi Allah telah mereka-rekakannya untuk kebaikan, dengan maksud melakukan seperti yang terjadi sekarang ini, yakni memelihara hidup suatu bangsa yang besar.”

 

Daud juga mengalami kekecewaan dengan orang-orang yang di dekatnya. Ayah dan ibunya pernah melupakannya, Saul berkali-kali mencoba membunuhnya dan isterinya Mikhal juga meninggalkannya. Tapi Daud tetap berharap kepada Tuhan. Mazmur 27:10, “Sekalipun ayahku dan ibuku meninggalkan aku, namun Tuhan menyambut aku.” Dia mencari wajah Tuhan dan berharap pada pertolongan Tuhan (Mazmur 27:8-9). Ketika anaknya Absalom dan Ahitofel, penasihat dan orang kepercayaannya mengkhianatinya, Daud menulis kekecewaan hatinya di Mazmur 55:12-14, “Kalau musuhku yang mencela aku, aku masih dapat menanggungnya; kalau pembenciku yang membesarkan diri terhadap aku, aku masih dapat menyembunyikan diri terhadap dia. Tetapi engkau orang yang dekat dengan aku, temanku dan orang kepercayaanku: kami yang bersama-sama bergaul dengan baik, dan masuk ke rumah Allah di tengah-tengah keramaian.” Daud mengatasi kekecewaan hatinya dengan menceritakan kepada Tuhan keluh kesah dan kekecewaannya. Dia berseru kepada Tuhan, memohon perlindungan-Nya dan percaya kepada-Nya (Mazmur 55:2-3, 17, 24). Daud berkata, “Serahkanlah kuatirmu kepada Tuhan, maka Ia akan memelihara engkau! Tidak untuk selama-lamanya dibiarkan-Nya orang benar itu goyah.” (Mazmur 55:22)

 

Mengapa seseorang bisa kecewa? Orang kecewa karena hanya berpikir tentang dirinya sendiri (egois) dan sombong. Di dalam gereja dan rumah tangga, banyak dijumpai orang-orang yang kecewa. Samuel berhasil dalam pelayanan, tapi gagal dalam rumah tangga. Anak-anaknya tidak hidup seperti ayah mereka, mereka mengejar laba, menerima suap dan memutarbalikkan keadilan. Samuel mengalami kegagalan dalam membesarkan anak-anaknya karena sejak kecil dia ditempatkan di bait Allah dan dibesarkan oleh imam Eli yang juga gagal dalam kehidupan rumah tangga. Alkitab mencatat bahwa anak-anak Eli juga mengambil persembahan yang dibawa orang-orang Israel untuk Tuhan bagi diri mereka sendiri. Tuhan menegur Eli di 1 Samuel 2:29, “Mengapa engkau memandang dengan loba kepada korban sembelihan-Ku dan korban sajian-Ku, yang telah Kuperintahkan, dan mengapa engkau menghormati anak-anakmu lebih dari pada-Ku, sambil kamu menggemukkan dirimu dengan bagian yang terbaik dari setiap korban sajian umat-Ku Israel?”

 

Samuel kecewa ketika para tua-tua Israel datang kepadanya dan meminta agar diangkat seorang raja untuk memerintah atas mereka untuk menggantikan anak-anaknya yang menjabat sebagai hakim pada saat itu. Tapi Samuel mampu mengatasi kekecewaan hatinya; dia datang kepada Tuhan dan berdoa kepada-Nya. 1 Samuel 8:1-6, “Setelah Samuel menjadi tua, diangkatnyalah anak-anaknya laki-laki menjadi hakim atas orang Israel. Nama anaknya yang sulung ialah Yoel, dan nama anaknya yang kedua ialah Abia; keduanya menjadi hakim di Bersyeba. Tetapi anak-anaknya itu tidak hidup seperti ayahnya; mereka mengejar laba, menerima suap dan memutarbalikkan keadilan. Sebab itu berkumpullah semua tua-tua Israel; mereka datang kepada Samuel di Rama dan berkata kepadanya: “Engkau sudah tua dan anak-anakmu tidak hidup seperti engkau; maka angkatlah sekarang seorang raja atas kami untuk memerintah kami, seperti pada segala bangsa-bangsa lain.” Waktu mereka berkata: “Berikanlah kepada kami seorang raja untuk memerintah kami,” perkataan itu mengesalkan Samuel, maka berdoalah Samuel kepada Tuhan.” Tuhan menjawab dan memberitahukan apa yang harus dilakukannya.

 

Sebagai manusia, adalah wajar kita menjadi kecewa. Tapi janganlah berlarut dalam kekecewaan. Saat kecewa, hendaklah kita datang kepada Tuhan, mencari wajah-Nya dan memohon pertolongan-Nya. Janganlah kita melampiaskan kekecewaan kita dan menulis di media sosial, tetapi marilah kita berdoa kepada Tuhan. Ceritakan kekecewaan kita pada Tuhan dan mohon petunjuk apa yang harus dilakukan. Jika kita tidak mau kecewa, janganlah berharap kepada manusia. Janganlah juga berharap pada orang yang pernah kita tolong. Tapi percayalah dan berharaplah kepada Tuhan yang akan menolong, menuntun, mencukupkan, menghibur dan menguatkan kita. Tuhanlah sumber pengharapan dan pertolongan kita yang tidak pernah mengecewakan. “Dan pengharapan tidak mengecewakan, karena kasih Allah telah dicurahkan di dalam hati kita oleh Roh Kudus yang telah dikaruniakan kepada kita.” (Roma 5:5)

 

*****

(Diringkas dari Pesan Gembala di GBI Rumah Persembahan)